Di tengah samudra yang luas, seekor ikan besar meluncur anggun menembus pusaran air biru. Gerakannya lentur, seakan menari mengikuti irama arus laut. Cahaya dari permukaan sudah jauh tertinggal di atas, digantikan oleh kegelapan yang perlahan merayap. Namun, ada satu cahaya kecil di kedalaman yang menarik perhatiannya—terang bagaikan janji di tengah kesunyian.
Ikan itu menukik semakin dalam, siripnya membelah air yang pekat. Suara ombak tak lagi terdengar, berganti dengan kesunyian murni khas dunia bawah laut. Arus berputar pelan di sekelilingnya, menciptakan garis-garis samar yang menuntunnya menuju cahaya misterius di bawah. Dalam hatinya, entah mengapa, ada rasa penasaran bercampur kewaspadaan.
Semakin dekat, ia bisa melihat bahwa cahaya itu bukan sekadar pantulan sinar matahari atau bioluminesensi biasa. Bentuknya kecil, melengkung seperti bulan sabit berwarna emas. Cahaya itu seolah memanggil, mengundang siapa saja yang berani untuk mendekat dan menyentuhnya. Ikan itu melambat, berputar di sekitarnya, mencoba memahami makna dari benda bercahaya itu.
Dalam diam, laut menyimpan rahasianya. Mungkin cahaya itu hanyalah ilusi yang diciptakan oleh alam, atau mungkin sebuah petunjuk menuju sesuatu yang lebih besar. Bagi sang ikan, perjalanan ini bukan sekadar mengejar sumber cahaya, tapi juga menelusuri misteri dari panggilan yang datang dari kegelapan terdalam. Dan di sanalah ia berada sekarang—terombang-ambing antara rasa takut dan rasa ingin tahu, di hadapan sebuah rahasia yang mungkin akan mengubah segalanya.
Oleh: Kent